Jumat, 28 November 2008

balada calon dokter

Duduk-duduk di cafemedis di cuaca yang hujan deras begini enaknya minum cappuccino hangat ya. Sambil ngobrolin soal perkembangan medis di negara kita ini.
Tiba-tiba datang tiga cewek berjas putih sambil ketawa cekikikan. Matanya liar mencari tempat duduk kosong untuk ditempati bertiga. Tampak stetoskop menggantung di leher ketiga gadis belia tersebut. Ketiganya berisik sekali sampe-sampe mengundang perhatian pengunjung yang lainnya.
Aku memperhatikan mereka dengan pandangan sinis. Lalu aku bilang pada teman ngobrolku, "Lihat tuh, kalian bayangin lima tahun ke depan.... Mereka-mereka itulah yang akan mengobati anak-anakmu, keponakanmu, sepupumu, ayahmu, ibumu, kakek-nenekmu kalo masih hidup dan keluargamu yang lainnya...." Temanku hanya tersenyum kecut saja.
Emangnya ada apa dengan ketiga gadis tersebut? Bukankah mereka adalah calon dokter yang terhormat kelak? Apa yang salah dengan ketiga calon dokter kita itu?
Itulah gambaran pendidikan dokter kita. Lihat gaya ketiga gadis itu.... tertawa lebar begitu senangnya seakan-akan jalan hidup mereka kelak tidak ada kesusahan. Seolah-olah mereka sudah sepintar profesor dalam mengobati orang.
Tidak sepantasnya mereka bertingkah seperti itu. Seharusnya mereka tertunduk lesu, berwajah serius, muram, lelah, kadang muntah karena belajar tentang bagaimana menyelamatkan nyawa manusia. Tidak ada waktu buat main-main.
Tapi kenyataannya lihat gimana sistem pendidikan dokter kita sekarang. Pertama, sistem perekrutan yang aneh. Sebuah fakultas kedokteran merekrut mahasiswa calon dokter sebanyak rata-rata 200 orang pertahun (salah satu FK di Sumut). Dalam setiap jam kuliah mereka berkumpul sekitar 100-an mahasiswa menghadapi 1 dosen. bayangkan bagaimana suasana belajar kelas itu? Pasti banyakan yang ga ngertinya daripada yang paham apa yang dikatakan dosen. Dengan segitu banyaknya mahasiswa mengakibatkan sistem ujian yang jauh dari objektif. Lebih terbuka kesempatan untuk mencontek waktu ujian. Mahasiswa cenderung malas. Jam kuliah hanya dari pagi sampai siang saja sehingga mahasiswa kedokteran lebih banyak waktu untuk ekstrakurikuler yang biasanya tidak pernah berhubungan dengan dunia kedokteran. Fakultas menjadi tempat berkumpul mahasiswa yang mencari jodoh. Apa ini calon dokter yang akan mengobati anak cucu kita???? bersambung......

Tidak ada komentar: