Minggu, 30 November 2008

balada calon dokter 2

pesan cappucino panas di cafemedis.......... hangatnyaaaa......... bikin mata melek terus...
Temen-temen tau gimana proses perkuliahan kebanyakan calon dokter kita? Mahasiswa kedokteran kuliah sebanyak 8 semester atau 4 tahun... koas 4 semester atau 2 tahun itupun ga penuh....
selama jam belajar, pak dosen mengajar mahasiswa sebanyak rata2 kita katakan 100 mahasiswa. Bayangkan coba betapa gak efektifnya kuliah kayak begitu..... banyak yang tidur, ngantuk, ngerumpi, ketawa, kalaupun ada yang duduk di depan merhatiin dosen ga da jaminan dia ngerti.... selesai kuliah dosen selalu bertanya : "ada pertanyaan?" Dah dapat ditebak pasti mahasiswanya pada diem karena bukan karena dah tau semua isi kuliah tapi emang ga tau apa yang mau ditanya.......
sistem mata kuliah adalah sistem sks. jadi satu mata kuliah belajarnya 1, 2 ato 3 jam seminggu. metode belajar dengan powerpoint. kadang dosen ngasi bahan kuliah dari mulai beliau pertama kali ngajar sampe dah puluhan tahun, bahannya ga pernah diganti. dah usang... diganti kalo bahannya dah hilang ato dah rusak.... ada pengalaman saya ikut kuliah bahannya banyak salah tulis, bukan karena dosennya yang salah tulis tapi lebih karena yang buat bahan bukan si dosen sendiri, mungkin orang lain atau anaknya atau mahasiswanya atau malah tukang kebunnya yang ketik bahan. si dosen ga ngerti komputer, yang ngetik bahan ga bisa baca tulisan dosen ato emang ga ngerti istilah kedokteran yang rada2 sulit....
ujian mid ato semester model soalnya kebanyakan pilihan ganda.... malah seringnya mahasiswa ga belajar.... baca soal ajah karena biasanya soalnya berulang dari tahun ke tahun... ato kalo emang ga tau kan tinggal silang ajah... ato tanya temen sebelah... bisa juga ngintip jawaban temen... hehehe.... tapi ga semua mahasiswa gitu kok ada 1-2 anak yang emang pinter banget. saya ga habis pikir gimana sih tu anak belajarnya?
jam kuliah habis jam 1 siang, mahasiswa bubar... kebanyakan pulang ke rumah ato kos... bobo.... ada yang makan siang dulu sambil ngerumpi.... ada yang aktif di organisasi yang ga da hubungannya dengan kedokteran.... ada yang jalan2 rame2 ke mol... ada yang pacaran... sebagian kecil maen internet (kebanyakan cuma buka imel, friendster). tapi yang pinter2 tadi entah kemana kayaknya semedi (belajar kali ya, hebat).
tamat kuliah mulailah koas. koas cuma 4 semester itupun ga penuh kira2 1 tahun 8 bulan (kalo ga salah). jadi anak koas ketemu pasen ya cuma selama itu. dari 12 semester cuma 4 semester yang aktif di rumah sakit. kalo lagi visite pasen bayangkan ajah misalnya 20 koas mengelilingi 1 pasen yang dah megap2... kebanyakan koas itu malas jadi dia biasanya berdiri paling belakang, alhasil liat pasen cuma jempol kakinya ajah... apa yang dia dapat dari koasnya???
akhirnya tamatlah dia jadi dokter... saya bilang dokter ini adalah dokter yang dapat pengakuan tanpa pengalaman!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Jumat, 28 November 2008

Hati-hati terhadap demam rematik

Siang begini nongkrong di cafemedis sambil nyeruput cappucino dingin enak juga yah. Sembari membahas penyakit demam rematik.
Angka kejadian demam rematik di Indonesia masih belum dapat dipastikan (terakhir kali saya baca -atau ada temen-temen yang lebih tau?) angka tepatnya. Hal ini disebabkan kebanyakan pasien yang ditemukan ketika sudah dalam keadaan yang berat. Yaitu sudah berkomplikasi menjadi penyakit jantung rematik. Penyakit ini banyak dijumpai pada usia muda terutama anak-anak. Kenapa saya bilang kita harus hati-hati?
Demam rematik disebabkan oleh bakteri Streptococcus beta hemoliticus grup A. Kuman ini mulanya menginfeksi saluran nafas bagian atas sehingga gejala awalnya hanya batuk pilek pada anak-anak. Itulah sebabnya saya katakan jangan anggap remeh bila anak-anak sakit batuk pilek ditambah demam yang disertai nyeri sendi-sendi. Hal ini disebabkan kuman ini dapat menyebar ke seluruh tubuh menjadi infeksi sistemik yang dapat menyerang organ dalam dan sendi-sendi.
Memang tidak sembarangan untuk mendiagnosa seseorang menderita demam rematik. Tidak semua demam merupakan demam rematik. Banyak penyebab demam, contoh yang paling populer di negara kita ini salah satunya adalah demam berdarah. Sepanjang tahun selalu saja ada orang yang sakit demam berdarah. Mungkin lain kali kita ngobrol-ngobrol soal demam berdarah ya.
Untuk mendiagnosa demam rematik memerlukan kriteria mayor dan minor. Kriteria mayornya karditis, poliartritis, corea sydenham, nodul subkutan, eritema marginatum. Sedangkan kriteria minornya adalah riwayat demam rematik sebelumnya, artralgia, demam, peningkatan kadar CRP (cek darah dulu sebelumnya), terjadi pemanjangan interval P-R pada pemeriksaan EKG (rekam jantung). Disamping itu diagnosa dapat ditunjang dengan hasil pemeriksaan ASTO (+) atau hasil biakan kuman streptokokus melalui usap tenggorok.
Nah begitulah kriteria untuk mendiagnosa demam rematik. Agak memusingkan.... tetapi yang jelas kita sebagai orang awam yang perlu diingat adalah waspadai demam yang disertai peradangan sendi-sendi besar apalagi bila ada keluhan di jantung. Mungkin saja itu merupakan gejala demam rematik.
Yang susahnya bila pengobatan tidak tepat dapat terjadi komplikasi terhadap jantung. Paling sering terjadi kerusakan katup jantung sehingga akhirnya terjadi kegagalan jantung. kegagalan jantung ini dapat diderita pada anak usia belasan tahun. Begitulah... masih muda sudah sakit jantung. Itulah bahayanya penyakit demam rematik ini.
Pengobatan penyakit ini yaitu dengan antibiotik golongan penisilin (Benzatin penisilin) dengan dosis 1,2 juta unit bila berat badan >30 kg. Pada anak <30 kg dapat diberikan dosis setengahnya. cuma hati-hati pada individu yang alergi terhadap obat ini (dapat diganti dengan eritromisin 50 mg/kg/hr dibagi dalam 4 dosis). Pengobatan dilakukan selama 10 hari. Disamping itu diberi obat anti radang untuk peradangan sendi dapat berupa obat golongan salisilat, aspirin atau kortikosteroid. Pemberian obat ini harus di-tappering off untuk menghindari gejala rebound phenomen.
Pencegahan sekunder juga harus dilakukan untuk mencegah infeksi kuman yang berulang yaitu dengan pemberian/meneruskan pengobatan diatas selama beberapa minggu pengobatan. Prognosa penyakit ini menjadi jelek bila sudah terjadi kegagalan jantung.
Nah temen-temen nongkrong... cappucino dah habis... kita bubar dulu.

balada calon dokter

Duduk-duduk di cafemedis di cuaca yang hujan deras begini enaknya minum cappuccino hangat ya. Sambil ngobrolin soal perkembangan medis di negara kita ini.
Tiba-tiba datang tiga cewek berjas putih sambil ketawa cekikikan. Matanya liar mencari tempat duduk kosong untuk ditempati bertiga. Tampak stetoskop menggantung di leher ketiga gadis belia tersebut. Ketiganya berisik sekali sampe-sampe mengundang perhatian pengunjung yang lainnya.
Aku memperhatikan mereka dengan pandangan sinis. Lalu aku bilang pada teman ngobrolku, "Lihat tuh, kalian bayangin lima tahun ke depan.... Mereka-mereka itulah yang akan mengobati anak-anakmu, keponakanmu, sepupumu, ayahmu, ibumu, kakek-nenekmu kalo masih hidup dan keluargamu yang lainnya...." Temanku hanya tersenyum kecut saja.
Emangnya ada apa dengan ketiga gadis tersebut? Bukankah mereka adalah calon dokter yang terhormat kelak? Apa yang salah dengan ketiga calon dokter kita itu?
Itulah gambaran pendidikan dokter kita. Lihat gaya ketiga gadis itu.... tertawa lebar begitu senangnya seakan-akan jalan hidup mereka kelak tidak ada kesusahan. Seolah-olah mereka sudah sepintar profesor dalam mengobati orang.
Tidak sepantasnya mereka bertingkah seperti itu. Seharusnya mereka tertunduk lesu, berwajah serius, muram, lelah, kadang muntah karena belajar tentang bagaimana menyelamatkan nyawa manusia. Tidak ada waktu buat main-main.
Tapi kenyataannya lihat gimana sistem pendidikan dokter kita sekarang. Pertama, sistem perekrutan yang aneh. Sebuah fakultas kedokteran merekrut mahasiswa calon dokter sebanyak rata-rata 200 orang pertahun (salah satu FK di Sumut). Dalam setiap jam kuliah mereka berkumpul sekitar 100-an mahasiswa menghadapi 1 dosen. bayangkan bagaimana suasana belajar kelas itu? Pasti banyakan yang ga ngertinya daripada yang paham apa yang dikatakan dosen. Dengan segitu banyaknya mahasiswa mengakibatkan sistem ujian yang jauh dari objektif. Lebih terbuka kesempatan untuk mencontek waktu ujian. Mahasiswa cenderung malas. Jam kuliah hanya dari pagi sampai siang saja sehingga mahasiswa kedokteran lebih banyak waktu untuk ekstrakurikuler yang biasanya tidak pernah berhubungan dengan dunia kedokteran. Fakultas menjadi tempat berkumpul mahasiswa yang mencari jodoh. Apa ini calon dokter yang akan mengobati anak cucu kita???? bersambung......

Rabu, 26 November 2008

perkenalan

haloooo.... ne blog aku yang baru buat... keren kagak? eh tapi aku belum tau betul buat apa blog ini? apa fungsinya? ada yang tau? tapi paling ga pengetahuan aku nambah dikit lah ga cuma ngobatin orang aja. oya nama aku dr. M. Winardi Setialesmana. ya... kerjaanku dokter di rumah sakit Meuraxa Banda Aceh. aku PNS sejak 8 bulan lalu.... kerja dirumah sakit capek, lebih serin g ga dirumah... jagaaa melulu... liat orang sakit, sekarat.... meninggal.... hehhhhh..... gitulah jadi dokter umum... jaga ugd, kadang dimarahin spesialis, malah kadang keluarga pasien marahin aku juga.... gimana ini jadi dokter umum zaman sekarang gak dihargain.. ato lebih tepat kurang dihargain karena masih ada masyarakat yang menghargai dokter umum.
coba bayangin kami dokter umum jaga di ugd berhadapan langsung dengan pasien yang bahkan sedang sekarat, tapi bayarannya paling murah... rata-rata 50 ribuan sekali jaga.... ga bisa tidur nyenyak... pasien datang jam 2 pagi kadang cuma ngeluh sakit kepala yang udah ditahannya sejak siang... kenapa harus nunggu jam 2 pagi baru berobat? terus kalo pasien yang penyakitnya berat kami harus konsul ma spesialis yang lagi pada tidur. kalo beliau merasa terganggu, kami akan dimarahin ato hapenya ga diangkat. kemudian beliau memberikan terapi dari tempat tidur dengan mata merah dan ngantuk sambil bicara kadang kurang jelas habis itu bobo lagi... ga peduli sama dokter jaga apalagi pasiennya hidup ato gak.... itulah kehidupan dokter kita. lalu si dokter jaga dengan pengalamannya yang minim (maklum baru aja tamat jadi dokter) bingung menghadapi pasiennya. akhirnya pasien dia rujuk ke rumah sakit pusat yang jaraknya kadang 1 hari perjalanan.... gila gak itu.... dimana salahnya ini?
kemudian bila kami salah penanganan atau pelayanan kurang memuaskan kami dimarahin keluarga pasien yang sok tau banget. apalagi sekarang ada UU malpraktek yang semakin mencekik dokter.... ampun deh... jaga cuma dapet 50.000 tapi kalo kena malpraktek didenda 50 jutaaaa..... gimana ini?
begitulah sedikit cerita sang dokter UGD