Sabtu, 27 Desember 2008

Kasa Verban Dalam Perut Ibu

Berita di koran dari kemarin heboh, edan....... peristiwa naas menimpa sejawat kita. Beliau spesialis Obstetri Ginekologi. Bagaimana mungkin seorang ahli yang sudah berkali-kali mengoperasi pasien dapat melakukan tindakan malpraktek. Beliau telah lalai.... bayangkan selama 16 bulan ada kasa verban tertinggal dalam perut seorang ibu! Gimana tuh....? Itu suatu perbuatan yang rasanya gak masuk akal buat seorang yang telah bertahun-tahun menggeluti keahliannya.
Kejadian awalnya pada bulan Agustus 2007. Dengan seatu sebab tertentu pasien harus dioperasi sectio cesaria. Operasinya sendiri berjalan lancar (tapi ini biang keroknya menurut saya). Tetapi paska operasi pasien selalu mengeluh nyeri perutnya dan luka operasi gak kunjung sembuh. Berkali-kali kontrol kepada dokter yang mengoperasinya tidak juga ada perbaikan. Si dokter berkilah kulit pasien alergi terhadap benang jahitnya. Alasan aneh.... kalo emang alergi kan bisa segera diatasi. Tapi sampe 16 bulan pasien menderita karena luka paska operasinya. Wuih....
Kebetulan pasien berpindah dokter lalu kemudian dokter kedua melakukan pemeriksaan ulang. Singkat kata dokter yang ini melakukan operasi kedua kalinya. Ternyata dijumpai kasa verban yang udah busuk.... edan! Kini pasien sudah membaik.
Jelas sekali dokter yang pertama melakukan tindakan diluar ketentuan medis.... dia telah melakukan tindakan malpraktek. Tindakan ini sangat tak termaafkan dan tidak seharusnya terjadi mengingat pengalaman sang dokter dalam bidangnya. Tapi kejadian ini bukannya tidak mungkin terjadi dan tidak hanya di negara kita aja (tapi kenapa di negara kita seringkali kejadian malpraktek ya?), di negara lain juga pernah terjadi kok. Ini menandakan bahwa tindakan lalai, khilaf, saya yakin si dokter gak sengaja melakukannya, lupa, ceroboh, teledor dan sebagainya.... adalah lumrah dan sangat manusiawi sekali. Dokter juga manusia, ada saat-saat dia mengalami hal yang naas.
Hanya saja kita lihat konteksnya. Si dokter wajar bila lalai karena itu manusiawi tetapi menjadi tak wajar bila ini terjadi dalam ruang operasi. Kenapa? karena dia melakukan operasi bukan sendirian, melainkan suatu operasi itu dilakukan oleh sebuah tim medis terdiri dari operator, asisten 1, asisten 2, perawat operasi (yang menanggungjawabi peralatan operasi), seorang ahli anestesi, engineer dll. Jelas dokter ga sendirian, jadi kenapa pula bisa sampai terjadi kejadian seperti ini? Apa semuanya lalai? Apa semua lupa? Gak mungkin kan?
Cuma satu jawabannya.... yaitu semua anggota tim meremehkan prosedur tindakan operasi! Sebuah kasa memang tidak berarti apa-apa. Sepele sekali. Tapi coba akibat dari tindakan tadi? Sangat dalam.....!!!! Dokter pusing ga bisa tidur memikirkan kebodohannya. Kebodohannya yang sudah berlangsung 16 bulan. Ditambah keegoisannya yang gak mau mengevaluasi ulang tindakan medisnya selama ini. Konyol banget kan? Sebuah kasa verban menghancurkan karir seorang dokter yang dah dirintis bertahun-tahun?
Prosedur apa yang telah dilanggar? Yaitu prosedur preoperasi. seorang perawat operasi harus mempersiapkan perlengkapan operasi dari alat seperti pisau, gunting, klem dsb, pakaian ope, sterilisator, kain kotor, kasa, jarum, benang jahit, obat-obatan dll. Satu hal yang selalu dilupakan adalah menghitung jumlah pemakaian alat ope dari sebelum ope sampai selesai ope harus sama jumlahnya. Jadi perawat ope harus melakukan penghitungan sebanyak dua - tiga kali untuk memastikan tidak ada yang terlupa. Dalam kasus ini jumlah lembaran kasa yang terpakai dari sebelum ope harus sama dengan setelah ope. tidak boleh kurang satupun walaupun kasa ini terbuang di tempat sampah harus tetap dihitung. Nah.... ternyata kenyataannya tim ope melupakan 1 lembar kain kasa karena sepele kan? Dan yang mempertanggungjawabkan / yang jadi korban adalah dokter operatornya... Naas banget kan?
Kini sang dokter sedang menghadapi meja sidang majelis kode etik kedokteran. Mempertaruhkan reputasi, karir dan izin prakteknya. Ditambah tuntutan pidana dari keluarga pasien. Uang bakal hilang... ancaman penjara sedang menunggu..
Yah... mudah2an kasus ini menjadi pelajaran bagi kita semua. Dan saya turut prihatin dan berdoa agar terhindar dari segala kelalaian. Tidak lupa selalu memohon perlindungan kepada Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Senin, 15 Desember 2008

moral seorang dokter

Kenapa sih banyak orang indonesia yang berobat ke penang atau singapore? Banyak pengalaman orang yang kembali setelah berobat ke sana mengatakan penyakitnya sembuh dengan sempurna. Katanya disana kalo berobat puas banget ama pelayanannya. Beberapa komentar dari pengunjung cafemedis bilang : kalo kita berobat di negara sendiri, sakit perut dikit aja langsung bilang harus dioperasi. Tapi begitu pindah berobat ke penang langsung disuruh pulang disuruh tidur, bawa obat cuma satu macam, ga kayak dokter indonesia suka ngasi oleh-oleh obat 5 macem yang harganya selangit. Ada lagi yang bilang kalo berobat ama dokter indonesia udah diperiksa macem2 tetep aja penyakit ga sembuh2. Tapi kalo berobat di singapore sekali periksa langsung ketauan penyakitnya. Pelayanan disana uenak banget bak dihotel bintang, perawatnya ramah2, dokternya muda2 n sopan, setiap keluhan ditanggapi dengan serius. Gak kaya rumah sakit di Indonesia, kebanyakan bau tai kucing, perawatnya dah tua2, serem lagi, dokternya cuma senen kemis datangnya. Kok bisa gitu ya?
Ada apa sebenarnya?
Obrolan di warung kopi bilang dokter indonesia itu moralnya kalah dari orang luar sono. Apa iya? Berarti dokter kita jahat2 semua ya? Kerjaannya bukan ngobatin orang tapi malah bikin pasien makin menderita dong.
Saya rasa bukan itu jawabnya. Moral manusia itu semua sama kok. Ada yang jahat, Ada yang baek. Di luar negri juga seperti itu. Ada yang jahat ada yang baek juga. Dan semua dokter kita baek kan? Ada yang buka praktek sampe jam 11 malem karena pasennya banyak. Karena dia baek maka ga diusirnya pasen supaya dia bisa tidur lebih cepat. Ya kan? Bila ada pasen datang semua diterapi menurut kemampuannya. Ga da yang dibiarin aja. Kemampuan........ mungkin ada perbedaan kemampuan dokter sana ma dokter sini.... Ilmu kedokteran dimana-mana sama aja. perkembangan ilmu kedokteran bersifat global. Tetapi tidak semua dokter mampu melaksanakan tugasnya dengan benar dan tepat. Kayaknya di negara kita banyak yang kayak gini. Hanya saja perbedaan kemampuan ini mudah untuk diperbaiki dengan banyaknya pelatihan dan seminar kedokteran.
Jadi apa yang membuat dokter kita ketinggalan?
Mindset...... pola pikir.... Pola pikir orang indonesia yang negative... Mudah saja menentukan seseorang itu berpola pikir negatif atau positif. kita ambil contoh...... kita lebih suka membaca berita tentang pemerkosaan daripada berita pembangunan kan? ya kan? Acara televisi kita lebih banyak gosip, sinetron yang isinya perkelahian antar keluarga, liputan kriminal, acara yang merusak moral lebih tenar daripada yang membangun moral contoh cinta monyet, cinlok, termehek-mehek, dangdutan, macam lagi lah.... Stasiun tipi yang bernilai positif cuma 1 dari sekian banyak stasium tipi di indonesia.
Kita ambil contoh pasen yang datang berulang-ulang dengan bermacam-macam keluhan pasti si dokter bilang : anda ga da apa-apa, udah kita periksa ga da penyakitnya.... ibu pulang aja.... Kenapa si dokter bilang begitu? karena dia dongkol ma keluhan yang macem2 tadi. jangan2 keluhan ibu itu cuma dibuat-buat aja....
Dokter kita pola pikirnya pasen dateng ya minta obat buat sakitnya..... pasen dateng... periksa ini itu.... kasih resep.... pasen pulang.... sembuh ato gak, gak ada urusan.... pasen dateng lagi.... penyakitnya belum sembuh.... si dokter kasi resep lagi.... kali ini lebih banyak lagi obatnya.... pasen dateng lagi.... masih keluhan yang sama... si dokter mulai pusing.... dia ganti obatnya lagi dengan obat penenang.... pasen dateng lagi.... penyakitnya berkurang dikit katanya.... dia terusin tu obat penenang ato dia suruh ke dokter laen...... penyakit ga pernah ketemu.. uang habis buat berobat......
Pola pikir inilah yang membuat kemunduran dunia kedokteran kita.
Seperti kasus dokter bedah juga begitu... pasen dateng.... sakit perut bukan maen.... periksa ini itu..... terus dia bilang... ini harus dioperasi... pasen bingung.... kok tiba2 harus dioperasi? Padahal seharusnya dokter harus cek n ricek dulu... liat kondisi pasen dulu.... berikan inform consent... cari second opinion.... apakah perlu terapi konvensional dulu.... operasi merupakan tindakan terakhir sesuai kebutuhan.... bukan belum apa-apa langsung bilang operasi tanpa penjelasan...
Pola pikir ini yang membuat dokter kita kehilangan kepercayaan.

Sabtu, 13 Desember 2008

Fakultas Kedokteran Idamanku

Apa yang anda pikirkan tentang dokter?
Dokter itu orang mulia, terhormat, semuanya pintar, bergengsi, mobilnya pasti banyak, rumahnya dimana-mana, orangnya cantik/ganteng, pokonya di negara kita ini profesi dokter masih nomor wahid deh... ibarat liga sepakbola dokter itu selalu berada di papan atas klasemen sementara (ato selamanya?). Saingannya barangkali cuma presiden.... karena presiden cuma dibutuhkan satu makanya para orangtua kita berlomba-lomba masukin anaknya ke fakultas kedokteran dan kalo anaknya jadi dokter dah bangga banget tuh... iya kan? Terutama para orang tua yang pekerjaannya karyawan biasa, guru, PNS, petani, tukang gali kubur, pedagang, tukang sapu jalan, tukang gali sumur, buruh, pegawai pabrik, polisi, tentara, nelayan, apa lagi ya? Kenapa mereka begitu? ya itu tadi... dokter itu mulia banget.... kerjanya ngobatin orang... bak katanya..... ini nih anak saya... nanti kalo saya sakit anak saya yang ngobatin... ini nih cucu saya... ini nih ponakan saya.... nanti ga susah2 berobat..... duh bangganyaaaa... emang ngebanggain kok... ya kan? Ada satu keluarga yang dari buyutnya ampe cicitnya dokter semua.... hebat banget. Dan, dokter ini emang istimewa kok.... coba bayangkan seorang dokter bisa jadi presiden, bisa jadi pedagang, bisa jadi mentri, bisa jadi pilot, bisa jadi pejabat.... tapi presiden mana yang bisa beralih jadi dokter?
Jika saya ditanya, apakah dokter semulia itu? Sehebat itu pak? Hmmmmmm.................. Tidak juga... Tak semuanya.... Entah mungkin ada di dunia sana dokter ideal sedang tertidur pulas.... Entah mimpi apa dokter seperti ini.... Ato dokter ini dah mati semua..... Dokter ini tertidur diliang kuburnya? Jujur saja zaman sekarang dokter itu adalah suatu pekerjaan yang menghasilkan pundi-pundi uang yang banyak. Para orang tua kita selalu melihat mobil2 mewah yang ada stiker IDI di kacanya sedang parkir di halaman rumah yang besar.... Wow.... Enak banget jadi dokter ya.... Orang lain ga tau sudah berapa nyawa dihilangkan agar seseorang menjadi dokter, sudah berapa orang menangis kehilangan anggota keluarganya, sudah berapa sawah ladang tergadaikan untuk berobat kepada seorang dokter, dah berapa korban penderita penyakit agar tercipta suatu obat mujarab. Ya............ itu resikonya... seperti itulah memang jalannya.....
Tapi layakkah sekarang kita disebut dokter? Jika kita anggap dokter itu pekerjaan yang dapat mencari uang sebanyak-banyaknya? Pertanyaan ini harus kita kaji di cafemedis bersama-sama.
Apa yang anda pikirkan tentang fakultas kedokteran? Pasti jawaban kita ga panjang-panjang deh..... fakultas kedokteran itu tempat sekolahannya calon dokter... pabrik penghasil dokter. apa lagi pak? ................................... Itu aja kan? Kita dah bahas para calon dokter ini di topik 'balada calon dokter' masa kini. Dah tau kan dokter yang dihasilkan fakultas kayak gitu?
Sekarang saya ingin membahas fakultas kedokteran idaman (saya). Fakultas kedokteran yang saya bangun hanya menerima 20 mahasiswa/tahun, itupun dah lebih dari cukup. Tujuannya untuk membentuk suatu tim medis yang solid. Metode perekrutan sangat ketat meliputi pengetahuan umum, uji pengetahuan kedokteran, tes IQ, uji kesehatan, uji psikologis, wawancara khusus, uji minat dan bakat, uji ketahanan fisik dan psikis, uji analisa kasus, tes moral, n uji hubungan sosial kemasyarakatan (tes lain bisa disesuaikan lagi). Jadi mahasiswa kedokteran itu adalah orang2 pilihan dari luar ke dalam. Ga da hubungan dengan kaya ato miskin... yang memang layak jadi dokter maka diterima sebagai calon dokter. Karena jadi dokter itu sangat berat. pekerjaannya berhubungan dengan nyawa orang. Benar gak?
Oke, bagi 20 mahasiswa kedokteran ini disediakan asrama disebelah Rumah Sakit Fakultas. Jam kuliah dari jam 7 pagi sampe sore. istirahat 2 jam di cafemedis dapat jatah makan dari cafemedis. tujuannya agar mahasiswa tidak keluyuran. Tidak ada waktu mahasiswa buat organisasi yang ga da hubungan dengan kedokteran. Kuliah di ruang kuliah hanya 1 tahun... itupun hanya berupa etika kedokteran, hubungan masyarakat, agama, n metode penelitian. selebihnya di rumah sakit. Jumpai pasien, masuk laboratorium, pertemuan ilmiah, analisa kasus, pokonya mahasiswa kedokteran itu wajahnya suntuk, capek, serius, karena emang disiapkan sebagai penolong orang sakit. Siapa suruh dia mau jadi dokter, emang dokter itu ga sempat main2. Jadi dari awal mahasiswa diperkenalkan dengan dunia pengobatan, lebih lama ketemu pasien, lebih lama mendapat pengalaman menangani pasien. Karena dokter itu bukan mengobati penyakit tapi mengobati orang sakit.
Setelah tamat dokter dia tidak dilepas begitu saja. tetapi diperbolehkan meneruskan pendidikan dokter ahli sesuai dengan minat dan bakatnya. Sistem dokter ahli adalah sistem apprentice. Si dokter umum melapor kepada profesor ahli untuk diizinkan menjadi asisten atau muridnya. Tugasnya cuma 1 yaitu menangani 500 pasien sesuai bidangnya dengan penanganan yang prima/berhasil, tidak ada batas waktu. setiap kasus diajukan ke pertemuan ilmiah setelah mendapatkan rekomendasi dari sang profesor. Setelah mendapat ujian kelayakan, si profesor mengajukan muridnya sebagai dokter ahli.
Orang2 pilihan yang sedikit ini saya jamin masa depannya tidak ada yang miskin. mereka layak mendapat penghargaan atas jerih payahnya menjadi dokter. dokter2 seperti ini sangat dibutuhkan dimana saja karena emang ga banyak. Angka malpraktek pasti berkurang. Masyarakat senang dengan dokter yang brilian, dan bisa bergaul dengan masyarakat. Dokter ini layak mendapat predikat mulia, terhomat. Kekayaan bukan dicari, tetapi bonus dari jerih payahnya menangani pasien. Dia layak dapat bintang.... Tidak mudah jadi dokter...........

Rabu, 10 Desember 2008

dokter yang dapat pengakuan tanpa pengalaman

Suatu hari ada seorang dokter yang sedang jaga malam. lagi asik-asik tidur tiba-tiba terdengar deru suara mobil pengantar pasien. Dengan ogah-ogahan dia pun segera bangun. Sambil sedikit cemberut diapun bersungut-sungut, siapa pula yang malam-malam begini sakit. Kok ga tadi sore dia datang ke sini... uhh.... ganggu orang tidur aja, dalam hati dia bergumam.
Sesampainya dia di ruang IGD dia menemukan seorang pasien yang di tabrak mobil. Setelah dia periksa ternyata pasien tersebut hanya luka-luka ringan. Tetapi setelah sepuluh menit terjadi hal tak terduga. Pasien tiba-tiba gelisah, tekanan darah menurun, denyut nadi cepat. Ada apa dengan pasien ini? Kenapa? Dia periksa jalan napas... lancar. dia periksa sekali lagi.... Waduh perut bagian bawah ada jejas, diraba keras... Serta merta dia pun berteriak 'INTRA-ABDOMINAL HEMORHAGE!!!'. Apa yang harus diperbuat? Dokter bedah tidak ditempat.... Yang mampu dia lakukan adalah pemasangan double infusion dengan aliran cepat. Karena tidak mungkin melakukan pembedahan dengan terpaksa dia merujuk pasien tersebut ke pusat kota yang jaraknya 40 km. Tapi sayang, belum sempat drujuk pasien sudah meninggal.....
Dengan penuh rasa penyesalan dokter itu termenung..... Apakah aku sudah salah? apakah aku misdiagnostic? apakah ini malpraktek? Semua perasaan bercampur aduk. Di tanganku pasien itu meregang nyawa.... Apakah aku berdosa?
Hati kecilnya bertanya-tanya... kenapa aku terlambat mendiagnosa? Tidak... Aku tidak terlambat... Tetapi aku memang tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya.. belum pernah kujumpai pasien ini sebelumnya... Apakah aku salah bila terlambat menanganinya? Teringatlah dia ketika dia sedang mengikuti pendidikan dokter. Apa yang telah dilakukannya selama ini?
Waktu dia sewaktu sedang koas. koas hanya 4 semester. Koas bedah hanya 10 bulan. Selama koas dia kebanyakan duduk-duduk di kantin, bila ada pasien kalo bisa jangan dia yang menangani karena takut ditanya-tanya pembimbing. Dokter spesialis bedah jarang ada ditempat. Kalo ditempat, ketemu kalo lagi ujian ato pertemuan pagi, itupun kenapa sepertinya para spesialis ini sepakat untuk memasang muka yang seseram mungkin. Marah2 aja kerjanya. kalo ngasi bimbingan paling2 cuma 2 jam seminggu. Itupun kayaknya dia bangga banget kalo pertanyaannya ga bisa dijawab koas sehingga ada kesempatan buat marah2. Kalo lagi visit pasien juga begitu... koas selalu berlomba berdiri paling belakang. Takut ditanyain, kalo ga bisa jawab ya kena marah, yah... emang pada dasarnya ga belajar... ato ga tau apa yang mesti dipelajarin? Jadi yang dia tau cuma jempol kaki pasien aja karena cuma itu yang keliatan ma dia.
Tapi jangan ditanya kalo koas masuk kantin... paling ribut... gayanya sok banget pake stetoskop dileher... perasaan dah yang paling pinter dibanding orang laen yang duduk disitu. Apalagi kalo dah ketemu cewek cantik ato pujaannya.... welehh... berasa pasien tu ga penting deh.. Kalo dapet tugas koas kalo bisa yang paling mudah ato dia berusaha cari tugas koas laen yang kebetulan sama. Soal tugas jaga malem? Bagi koas jaga malem itu cuma pindah tidur doang....
Koas bedah itu paling suka ama pasien kecelakaan ringan yang ada luka robeknya. Kenapa? Itu koas pada berebutan menjahit luka pasien... Udah bangga banget kalo dah menjahit luka... Rasanya koas bedah dah tamat bagian bedah kalo dah menjahit luka.... Sableng..... Pasien laen? Kagak ngarti-ngarti banget deh.... dijamin 100%....
Nah... sekarang dia menyesal kepada masa lalunya... sekarang apa yang terjadi pada pasiennya akibat dari perbuatannya di masa lalu? Selama ini dia udah jaga IGD dimana-mana... Apa yang dia dapat? Rupanya dia jaga hanya semata-mata mencari segepok uang.....
Kalo dibilang dokter ini gak berguna yaaaa.... tidak benar juga... Dalam mengobati pasien ada juga yang berhasil ditangani dengan baik.. Tetapi percayalah... kebanyakan dokter sekarang bisa mengobati pasiennya karena pernah mengintip terapi dokter spesialis yang kebetulan penyakit pasiennya sama... ato dia pernah melakukan try n error... ato pernah bertanya pada yang lebih berpengalaman.... ato buka buku dulu sebelum ngasi obat....
Begitulah.... Ini kenyataan kita.... dokter seperti ini lebih banyak.... Berapa persen yang bener2 pinter...
Suatu saat dia berpikir untuk meneruskan pendidikan dokter spesialis. tapi dia urungkan dulu karena masalah uang. Dia menganggap dokter spesialis lebih kompeten, lebih unggul dalam mengobati pasien, lebih jago. Tapi banyak dokter yang belum punya uang buat sekolah lagi... Dia iri dengan temen2nya yang begitu tamat dokter langsung sekolah lagi karena bapaknya emang dokter ato pengusaha kaya. Enak banget jalan hidupnya... Tinggal bilang ama bapaknya kalo dia mau sekolah... tinggal menengadahkan tangannya minta uang buat sekolah lagi.. ga perlu capek2 cari uang dulu... Karena buat sekolah spesialis besar banget biayanya, bisa tergadai 2 mobil mewah.... Anak-anak orang kaya ini menjadi dokter spesialis tanpa ada pengalamannya sebagai dokter umum. Dokter-dokter umum ini jaga UGD rumah sakit tanpa ada pengalaman selama pendidikan koasnya. Koas-koas ini sudah mendapat gelar pengakuan dokter setelah dia menyelesaikan masa koasnya. DOKTER YANG MENDAPAT PENGAKUAN TETAPI TANPA PENGALAMAN!!!!