Sabtu, 13 Desember 2008

Fakultas Kedokteran Idamanku

Apa yang anda pikirkan tentang dokter?
Dokter itu orang mulia, terhormat, semuanya pintar, bergengsi, mobilnya pasti banyak, rumahnya dimana-mana, orangnya cantik/ganteng, pokonya di negara kita ini profesi dokter masih nomor wahid deh... ibarat liga sepakbola dokter itu selalu berada di papan atas klasemen sementara (ato selamanya?). Saingannya barangkali cuma presiden.... karena presiden cuma dibutuhkan satu makanya para orangtua kita berlomba-lomba masukin anaknya ke fakultas kedokteran dan kalo anaknya jadi dokter dah bangga banget tuh... iya kan? Terutama para orang tua yang pekerjaannya karyawan biasa, guru, PNS, petani, tukang gali kubur, pedagang, tukang sapu jalan, tukang gali sumur, buruh, pegawai pabrik, polisi, tentara, nelayan, apa lagi ya? Kenapa mereka begitu? ya itu tadi... dokter itu mulia banget.... kerjanya ngobatin orang... bak katanya..... ini nih anak saya... nanti kalo saya sakit anak saya yang ngobatin... ini nih cucu saya... ini nih ponakan saya.... nanti ga susah2 berobat..... duh bangganyaaaa... emang ngebanggain kok... ya kan? Ada satu keluarga yang dari buyutnya ampe cicitnya dokter semua.... hebat banget. Dan, dokter ini emang istimewa kok.... coba bayangkan seorang dokter bisa jadi presiden, bisa jadi pedagang, bisa jadi mentri, bisa jadi pilot, bisa jadi pejabat.... tapi presiden mana yang bisa beralih jadi dokter?
Jika saya ditanya, apakah dokter semulia itu? Sehebat itu pak? Hmmmmmm.................. Tidak juga... Tak semuanya.... Entah mungkin ada di dunia sana dokter ideal sedang tertidur pulas.... Entah mimpi apa dokter seperti ini.... Ato dokter ini dah mati semua..... Dokter ini tertidur diliang kuburnya? Jujur saja zaman sekarang dokter itu adalah suatu pekerjaan yang menghasilkan pundi-pundi uang yang banyak. Para orang tua kita selalu melihat mobil2 mewah yang ada stiker IDI di kacanya sedang parkir di halaman rumah yang besar.... Wow.... Enak banget jadi dokter ya.... Orang lain ga tau sudah berapa nyawa dihilangkan agar seseorang menjadi dokter, sudah berapa orang menangis kehilangan anggota keluarganya, sudah berapa sawah ladang tergadaikan untuk berobat kepada seorang dokter, dah berapa korban penderita penyakit agar tercipta suatu obat mujarab. Ya............ itu resikonya... seperti itulah memang jalannya.....
Tapi layakkah sekarang kita disebut dokter? Jika kita anggap dokter itu pekerjaan yang dapat mencari uang sebanyak-banyaknya? Pertanyaan ini harus kita kaji di cafemedis bersama-sama.
Apa yang anda pikirkan tentang fakultas kedokteran? Pasti jawaban kita ga panjang-panjang deh..... fakultas kedokteran itu tempat sekolahannya calon dokter... pabrik penghasil dokter. apa lagi pak? ................................... Itu aja kan? Kita dah bahas para calon dokter ini di topik 'balada calon dokter' masa kini. Dah tau kan dokter yang dihasilkan fakultas kayak gitu?
Sekarang saya ingin membahas fakultas kedokteran idaman (saya). Fakultas kedokteran yang saya bangun hanya menerima 20 mahasiswa/tahun, itupun dah lebih dari cukup. Tujuannya untuk membentuk suatu tim medis yang solid. Metode perekrutan sangat ketat meliputi pengetahuan umum, uji pengetahuan kedokteran, tes IQ, uji kesehatan, uji psikologis, wawancara khusus, uji minat dan bakat, uji ketahanan fisik dan psikis, uji analisa kasus, tes moral, n uji hubungan sosial kemasyarakatan (tes lain bisa disesuaikan lagi). Jadi mahasiswa kedokteran itu adalah orang2 pilihan dari luar ke dalam. Ga da hubungan dengan kaya ato miskin... yang memang layak jadi dokter maka diterima sebagai calon dokter. Karena jadi dokter itu sangat berat. pekerjaannya berhubungan dengan nyawa orang. Benar gak?
Oke, bagi 20 mahasiswa kedokteran ini disediakan asrama disebelah Rumah Sakit Fakultas. Jam kuliah dari jam 7 pagi sampe sore. istirahat 2 jam di cafemedis dapat jatah makan dari cafemedis. tujuannya agar mahasiswa tidak keluyuran. Tidak ada waktu mahasiswa buat organisasi yang ga da hubungan dengan kedokteran. Kuliah di ruang kuliah hanya 1 tahun... itupun hanya berupa etika kedokteran, hubungan masyarakat, agama, n metode penelitian. selebihnya di rumah sakit. Jumpai pasien, masuk laboratorium, pertemuan ilmiah, analisa kasus, pokonya mahasiswa kedokteran itu wajahnya suntuk, capek, serius, karena emang disiapkan sebagai penolong orang sakit. Siapa suruh dia mau jadi dokter, emang dokter itu ga sempat main2. Jadi dari awal mahasiswa diperkenalkan dengan dunia pengobatan, lebih lama ketemu pasien, lebih lama mendapat pengalaman menangani pasien. Karena dokter itu bukan mengobati penyakit tapi mengobati orang sakit.
Setelah tamat dokter dia tidak dilepas begitu saja. tetapi diperbolehkan meneruskan pendidikan dokter ahli sesuai dengan minat dan bakatnya. Sistem dokter ahli adalah sistem apprentice. Si dokter umum melapor kepada profesor ahli untuk diizinkan menjadi asisten atau muridnya. Tugasnya cuma 1 yaitu menangani 500 pasien sesuai bidangnya dengan penanganan yang prima/berhasil, tidak ada batas waktu. setiap kasus diajukan ke pertemuan ilmiah setelah mendapatkan rekomendasi dari sang profesor. Setelah mendapat ujian kelayakan, si profesor mengajukan muridnya sebagai dokter ahli.
Orang2 pilihan yang sedikit ini saya jamin masa depannya tidak ada yang miskin. mereka layak mendapat penghargaan atas jerih payahnya menjadi dokter. dokter2 seperti ini sangat dibutuhkan dimana saja karena emang ga banyak. Angka malpraktek pasti berkurang. Masyarakat senang dengan dokter yang brilian, dan bisa bergaul dengan masyarakat. Dokter ini layak mendapat predikat mulia, terhomat. Kekayaan bukan dicari, tetapi bonus dari jerih payahnya menangani pasien. Dia layak dapat bintang.... Tidak mudah jadi dokter...........

1 komentar:

Recommended News mengatakan...

Busssyet, sambil nimang2 "dedek" sempat nulis jg.

Kalo P'Dokter yg ngomong tentang ini mantab deh... Kita tunggu 100 tahun mendatan kemajuan dokter2 kita.
Sepertinya lebih susah bahas masalah dokter (system pendidikan nasional) ketimbang bahas software bajakan di warung kopi plus.
Tp menurutku, dokter2 kita tidak kalah pandai dg dokter2 di penang. Ini hasil survey IQ org asia rata2 sama.
Trus, peraalatan medik kita juga ga terlalu kalah bersain dibanding di penang (walaupun aku belum lihat sendiri).
Tetapi..., kita kalah telak kalo masalah moral individunya.
Dari satpam sampe kepala RS nya...
...emm...jadi titik masalahnya bukan pada kepintaran, tetapi moral, sikap dan etika manusianya.
Gimana P'???