Sabtu, 27 Desember 2008

Kasa Verban Dalam Perut Ibu

Berita di koran dari kemarin heboh, edan....... peristiwa naas menimpa sejawat kita. Beliau spesialis Obstetri Ginekologi. Bagaimana mungkin seorang ahli yang sudah berkali-kali mengoperasi pasien dapat melakukan tindakan malpraktek. Beliau telah lalai.... bayangkan selama 16 bulan ada kasa verban tertinggal dalam perut seorang ibu! Gimana tuh....? Itu suatu perbuatan yang rasanya gak masuk akal buat seorang yang telah bertahun-tahun menggeluti keahliannya.
Kejadian awalnya pada bulan Agustus 2007. Dengan seatu sebab tertentu pasien harus dioperasi sectio cesaria. Operasinya sendiri berjalan lancar (tapi ini biang keroknya menurut saya). Tetapi paska operasi pasien selalu mengeluh nyeri perutnya dan luka operasi gak kunjung sembuh. Berkali-kali kontrol kepada dokter yang mengoperasinya tidak juga ada perbaikan. Si dokter berkilah kulit pasien alergi terhadap benang jahitnya. Alasan aneh.... kalo emang alergi kan bisa segera diatasi. Tapi sampe 16 bulan pasien menderita karena luka paska operasinya. Wuih....
Kebetulan pasien berpindah dokter lalu kemudian dokter kedua melakukan pemeriksaan ulang. Singkat kata dokter yang ini melakukan operasi kedua kalinya. Ternyata dijumpai kasa verban yang udah busuk.... edan! Kini pasien sudah membaik.
Jelas sekali dokter yang pertama melakukan tindakan diluar ketentuan medis.... dia telah melakukan tindakan malpraktek. Tindakan ini sangat tak termaafkan dan tidak seharusnya terjadi mengingat pengalaman sang dokter dalam bidangnya. Tapi kejadian ini bukannya tidak mungkin terjadi dan tidak hanya di negara kita aja (tapi kenapa di negara kita seringkali kejadian malpraktek ya?), di negara lain juga pernah terjadi kok. Ini menandakan bahwa tindakan lalai, khilaf, saya yakin si dokter gak sengaja melakukannya, lupa, ceroboh, teledor dan sebagainya.... adalah lumrah dan sangat manusiawi sekali. Dokter juga manusia, ada saat-saat dia mengalami hal yang naas.
Hanya saja kita lihat konteksnya. Si dokter wajar bila lalai karena itu manusiawi tetapi menjadi tak wajar bila ini terjadi dalam ruang operasi. Kenapa? karena dia melakukan operasi bukan sendirian, melainkan suatu operasi itu dilakukan oleh sebuah tim medis terdiri dari operator, asisten 1, asisten 2, perawat operasi (yang menanggungjawabi peralatan operasi), seorang ahli anestesi, engineer dll. Jelas dokter ga sendirian, jadi kenapa pula bisa sampai terjadi kejadian seperti ini? Apa semuanya lalai? Apa semua lupa? Gak mungkin kan?
Cuma satu jawabannya.... yaitu semua anggota tim meremehkan prosedur tindakan operasi! Sebuah kasa memang tidak berarti apa-apa. Sepele sekali. Tapi coba akibat dari tindakan tadi? Sangat dalam.....!!!! Dokter pusing ga bisa tidur memikirkan kebodohannya. Kebodohannya yang sudah berlangsung 16 bulan. Ditambah keegoisannya yang gak mau mengevaluasi ulang tindakan medisnya selama ini. Konyol banget kan? Sebuah kasa verban menghancurkan karir seorang dokter yang dah dirintis bertahun-tahun?
Prosedur apa yang telah dilanggar? Yaitu prosedur preoperasi. seorang perawat operasi harus mempersiapkan perlengkapan operasi dari alat seperti pisau, gunting, klem dsb, pakaian ope, sterilisator, kain kotor, kasa, jarum, benang jahit, obat-obatan dll. Satu hal yang selalu dilupakan adalah menghitung jumlah pemakaian alat ope dari sebelum ope sampai selesai ope harus sama jumlahnya. Jadi perawat ope harus melakukan penghitungan sebanyak dua - tiga kali untuk memastikan tidak ada yang terlupa. Dalam kasus ini jumlah lembaran kasa yang terpakai dari sebelum ope harus sama dengan setelah ope. tidak boleh kurang satupun walaupun kasa ini terbuang di tempat sampah harus tetap dihitung. Nah.... ternyata kenyataannya tim ope melupakan 1 lembar kain kasa karena sepele kan? Dan yang mempertanggungjawabkan / yang jadi korban adalah dokter operatornya... Naas banget kan?
Kini sang dokter sedang menghadapi meja sidang majelis kode etik kedokteran. Mempertaruhkan reputasi, karir dan izin prakteknya. Ditambah tuntutan pidana dari keluarga pasien. Uang bakal hilang... ancaman penjara sedang menunggu..
Yah... mudah2an kasus ini menjadi pelajaran bagi kita semua. Dan saya turut prihatin dan berdoa agar terhindar dari segala kelalaian. Tidak lupa selalu memohon perlindungan kepada Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Senin, 15 Desember 2008

moral seorang dokter

Kenapa sih banyak orang indonesia yang berobat ke penang atau singapore? Banyak pengalaman orang yang kembali setelah berobat ke sana mengatakan penyakitnya sembuh dengan sempurna. Katanya disana kalo berobat puas banget ama pelayanannya. Beberapa komentar dari pengunjung cafemedis bilang : kalo kita berobat di negara sendiri, sakit perut dikit aja langsung bilang harus dioperasi. Tapi begitu pindah berobat ke penang langsung disuruh pulang disuruh tidur, bawa obat cuma satu macam, ga kayak dokter indonesia suka ngasi oleh-oleh obat 5 macem yang harganya selangit. Ada lagi yang bilang kalo berobat ama dokter indonesia udah diperiksa macem2 tetep aja penyakit ga sembuh2. Tapi kalo berobat di singapore sekali periksa langsung ketauan penyakitnya. Pelayanan disana uenak banget bak dihotel bintang, perawatnya ramah2, dokternya muda2 n sopan, setiap keluhan ditanggapi dengan serius. Gak kaya rumah sakit di Indonesia, kebanyakan bau tai kucing, perawatnya dah tua2, serem lagi, dokternya cuma senen kemis datangnya. Kok bisa gitu ya?
Ada apa sebenarnya?
Obrolan di warung kopi bilang dokter indonesia itu moralnya kalah dari orang luar sono. Apa iya? Berarti dokter kita jahat2 semua ya? Kerjaannya bukan ngobatin orang tapi malah bikin pasien makin menderita dong.
Saya rasa bukan itu jawabnya. Moral manusia itu semua sama kok. Ada yang jahat, Ada yang baek. Di luar negri juga seperti itu. Ada yang jahat ada yang baek juga. Dan semua dokter kita baek kan? Ada yang buka praktek sampe jam 11 malem karena pasennya banyak. Karena dia baek maka ga diusirnya pasen supaya dia bisa tidur lebih cepat. Ya kan? Bila ada pasen datang semua diterapi menurut kemampuannya. Ga da yang dibiarin aja. Kemampuan........ mungkin ada perbedaan kemampuan dokter sana ma dokter sini.... Ilmu kedokteran dimana-mana sama aja. perkembangan ilmu kedokteran bersifat global. Tetapi tidak semua dokter mampu melaksanakan tugasnya dengan benar dan tepat. Kayaknya di negara kita banyak yang kayak gini. Hanya saja perbedaan kemampuan ini mudah untuk diperbaiki dengan banyaknya pelatihan dan seminar kedokteran.
Jadi apa yang membuat dokter kita ketinggalan?
Mindset...... pola pikir.... Pola pikir orang indonesia yang negative... Mudah saja menentukan seseorang itu berpola pikir negatif atau positif. kita ambil contoh...... kita lebih suka membaca berita tentang pemerkosaan daripada berita pembangunan kan? ya kan? Acara televisi kita lebih banyak gosip, sinetron yang isinya perkelahian antar keluarga, liputan kriminal, acara yang merusak moral lebih tenar daripada yang membangun moral contoh cinta monyet, cinlok, termehek-mehek, dangdutan, macam lagi lah.... Stasiun tipi yang bernilai positif cuma 1 dari sekian banyak stasium tipi di indonesia.
Kita ambil contoh pasen yang datang berulang-ulang dengan bermacam-macam keluhan pasti si dokter bilang : anda ga da apa-apa, udah kita periksa ga da penyakitnya.... ibu pulang aja.... Kenapa si dokter bilang begitu? karena dia dongkol ma keluhan yang macem2 tadi. jangan2 keluhan ibu itu cuma dibuat-buat aja....
Dokter kita pola pikirnya pasen dateng ya minta obat buat sakitnya..... pasen dateng... periksa ini itu.... kasih resep.... pasen pulang.... sembuh ato gak, gak ada urusan.... pasen dateng lagi.... penyakitnya belum sembuh.... si dokter kasi resep lagi.... kali ini lebih banyak lagi obatnya.... pasen dateng lagi.... masih keluhan yang sama... si dokter mulai pusing.... dia ganti obatnya lagi dengan obat penenang.... pasen dateng lagi.... penyakitnya berkurang dikit katanya.... dia terusin tu obat penenang ato dia suruh ke dokter laen...... penyakit ga pernah ketemu.. uang habis buat berobat......
Pola pikir inilah yang membuat kemunduran dunia kedokteran kita.
Seperti kasus dokter bedah juga begitu... pasen dateng.... sakit perut bukan maen.... periksa ini itu..... terus dia bilang... ini harus dioperasi... pasen bingung.... kok tiba2 harus dioperasi? Padahal seharusnya dokter harus cek n ricek dulu... liat kondisi pasen dulu.... berikan inform consent... cari second opinion.... apakah perlu terapi konvensional dulu.... operasi merupakan tindakan terakhir sesuai kebutuhan.... bukan belum apa-apa langsung bilang operasi tanpa penjelasan...
Pola pikir ini yang membuat dokter kita kehilangan kepercayaan.

Sabtu, 13 Desember 2008

Fakultas Kedokteran Idamanku

Apa yang anda pikirkan tentang dokter?
Dokter itu orang mulia, terhormat, semuanya pintar, bergengsi, mobilnya pasti banyak, rumahnya dimana-mana, orangnya cantik/ganteng, pokonya di negara kita ini profesi dokter masih nomor wahid deh... ibarat liga sepakbola dokter itu selalu berada di papan atas klasemen sementara (ato selamanya?). Saingannya barangkali cuma presiden.... karena presiden cuma dibutuhkan satu makanya para orangtua kita berlomba-lomba masukin anaknya ke fakultas kedokteran dan kalo anaknya jadi dokter dah bangga banget tuh... iya kan? Terutama para orang tua yang pekerjaannya karyawan biasa, guru, PNS, petani, tukang gali kubur, pedagang, tukang sapu jalan, tukang gali sumur, buruh, pegawai pabrik, polisi, tentara, nelayan, apa lagi ya? Kenapa mereka begitu? ya itu tadi... dokter itu mulia banget.... kerjanya ngobatin orang... bak katanya..... ini nih anak saya... nanti kalo saya sakit anak saya yang ngobatin... ini nih cucu saya... ini nih ponakan saya.... nanti ga susah2 berobat..... duh bangganyaaaa... emang ngebanggain kok... ya kan? Ada satu keluarga yang dari buyutnya ampe cicitnya dokter semua.... hebat banget. Dan, dokter ini emang istimewa kok.... coba bayangkan seorang dokter bisa jadi presiden, bisa jadi pedagang, bisa jadi mentri, bisa jadi pilot, bisa jadi pejabat.... tapi presiden mana yang bisa beralih jadi dokter?
Jika saya ditanya, apakah dokter semulia itu? Sehebat itu pak? Hmmmmmm.................. Tidak juga... Tak semuanya.... Entah mungkin ada di dunia sana dokter ideal sedang tertidur pulas.... Entah mimpi apa dokter seperti ini.... Ato dokter ini dah mati semua..... Dokter ini tertidur diliang kuburnya? Jujur saja zaman sekarang dokter itu adalah suatu pekerjaan yang menghasilkan pundi-pundi uang yang banyak. Para orang tua kita selalu melihat mobil2 mewah yang ada stiker IDI di kacanya sedang parkir di halaman rumah yang besar.... Wow.... Enak banget jadi dokter ya.... Orang lain ga tau sudah berapa nyawa dihilangkan agar seseorang menjadi dokter, sudah berapa orang menangis kehilangan anggota keluarganya, sudah berapa sawah ladang tergadaikan untuk berobat kepada seorang dokter, dah berapa korban penderita penyakit agar tercipta suatu obat mujarab. Ya............ itu resikonya... seperti itulah memang jalannya.....
Tapi layakkah sekarang kita disebut dokter? Jika kita anggap dokter itu pekerjaan yang dapat mencari uang sebanyak-banyaknya? Pertanyaan ini harus kita kaji di cafemedis bersama-sama.
Apa yang anda pikirkan tentang fakultas kedokteran? Pasti jawaban kita ga panjang-panjang deh..... fakultas kedokteran itu tempat sekolahannya calon dokter... pabrik penghasil dokter. apa lagi pak? ................................... Itu aja kan? Kita dah bahas para calon dokter ini di topik 'balada calon dokter' masa kini. Dah tau kan dokter yang dihasilkan fakultas kayak gitu?
Sekarang saya ingin membahas fakultas kedokteran idaman (saya). Fakultas kedokteran yang saya bangun hanya menerima 20 mahasiswa/tahun, itupun dah lebih dari cukup. Tujuannya untuk membentuk suatu tim medis yang solid. Metode perekrutan sangat ketat meliputi pengetahuan umum, uji pengetahuan kedokteran, tes IQ, uji kesehatan, uji psikologis, wawancara khusus, uji minat dan bakat, uji ketahanan fisik dan psikis, uji analisa kasus, tes moral, n uji hubungan sosial kemasyarakatan (tes lain bisa disesuaikan lagi). Jadi mahasiswa kedokteran itu adalah orang2 pilihan dari luar ke dalam. Ga da hubungan dengan kaya ato miskin... yang memang layak jadi dokter maka diterima sebagai calon dokter. Karena jadi dokter itu sangat berat. pekerjaannya berhubungan dengan nyawa orang. Benar gak?
Oke, bagi 20 mahasiswa kedokteran ini disediakan asrama disebelah Rumah Sakit Fakultas. Jam kuliah dari jam 7 pagi sampe sore. istirahat 2 jam di cafemedis dapat jatah makan dari cafemedis. tujuannya agar mahasiswa tidak keluyuran. Tidak ada waktu mahasiswa buat organisasi yang ga da hubungan dengan kedokteran. Kuliah di ruang kuliah hanya 1 tahun... itupun hanya berupa etika kedokteran, hubungan masyarakat, agama, n metode penelitian. selebihnya di rumah sakit. Jumpai pasien, masuk laboratorium, pertemuan ilmiah, analisa kasus, pokonya mahasiswa kedokteran itu wajahnya suntuk, capek, serius, karena emang disiapkan sebagai penolong orang sakit. Siapa suruh dia mau jadi dokter, emang dokter itu ga sempat main2. Jadi dari awal mahasiswa diperkenalkan dengan dunia pengobatan, lebih lama ketemu pasien, lebih lama mendapat pengalaman menangani pasien. Karena dokter itu bukan mengobati penyakit tapi mengobati orang sakit.
Setelah tamat dokter dia tidak dilepas begitu saja. tetapi diperbolehkan meneruskan pendidikan dokter ahli sesuai dengan minat dan bakatnya. Sistem dokter ahli adalah sistem apprentice. Si dokter umum melapor kepada profesor ahli untuk diizinkan menjadi asisten atau muridnya. Tugasnya cuma 1 yaitu menangani 500 pasien sesuai bidangnya dengan penanganan yang prima/berhasil, tidak ada batas waktu. setiap kasus diajukan ke pertemuan ilmiah setelah mendapatkan rekomendasi dari sang profesor. Setelah mendapat ujian kelayakan, si profesor mengajukan muridnya sebagai dokter ahli.
Orang2 pilihan yang sedikit ini saya jamin masa depannya tidak ada yang miskin. mereka layak mendapat penghargaan atas jerih payahnya menjadi dokter. dokter2 seperti ini sangat dibutuhkan dimana saja karena emang ga banyak. Angka malpraktek pasti berkurang. Masyarakat senang dengan dokter yang brilian, dan bisa bergaul dengan masyarakat. Dokter ini layak mendapat predikat mulia, terhomat. Kekayaan bukan dicari, tetapi bonus dari jerih payahnya menangani pasien. Dia layak dapat bintang.... Tidak mudah jadi dokter...........

Rabu, 10 Desember 2008

dokter yang dapat pengakuan tanpa pengalaman

Suatu hari ada seorang dokter yang sedang jaga malam. lagi asik-asik tidur tiba-tiba terdengar deru suara mobil pengantar pasien. Dengan ogah-ogahan dia pun segera bangun. Sambil sedikit cemberut diapun bersungut-sungut, siapa pula yang malam-malam begini sakit. Kok ga tadi sore dia datang ke sini... uhh.... ganggu orang tidur aja, dalam hati dia bergumam.
Sesampainya dia di ruang IGD dia menemukan seorang pasien yang di tabrak mobil. Setelah dia periksa ternyata pasien tersebut hanya luka-luka ringan. Tetapi setelah sepuluh menit terjadi hal tak terduga. Pasien tiba-tiba gelisah, tekanan darah menurun, denyut nadi cepat. Ada apa dengan pasien ini? Kenapa? Dia periksa jalan napas... lancar. dia periksa sekali lagi.... Waduh perut bagian bawah ada jejas, diraba keras... Serta merta dia pun berteriak 'INTRA-ABDOMINAL HEMORHAGE!!!'. Apa yang harus diperbuat? Dokter bedah tidak ditempat.... Yang mampu dia lakukan adalah pemasangan double infusion dengan aliran cepat. Karena tidak mungkin melakukan pembedahan dengan terpaksa dia merujuk pasien tersebut ke pusat kota yang jaraknya 40 km. Tapi sayang, belum sempat drujuk pasien sudah meninggal.....
Dengan penuh rasa penyesalan dokter itu termenung..... Apakah aku sudah salah? apakah aku misdiagnostic? apakah ini malpraktek? Semua perasaan bercampur aduk. Di tanganku pasien itu meregang nyawa.... Apakah aku berdosa?
Hati kecilnya bertanya-tanya... kenapa aku terlambat mendiagnosa? Tidak... Aku tidak terlambat... Tetapi aku memang tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya.. belum pernah kujumpai pasien ini sebelumnya... Apakah aku salah bila terlambat menanganinya? Teringatlah dia ketika dia sedang mengikuti pendidikan dokter. Apa yang telah dilakukannya selama ini?
Waktu dia sewaktu sedang koas. koas hanya 4 semester. Koas bedah hanya 10 bulan. Selama koas dia kebanyakan duduk-duduk di kantin, bila ada pasien kalo bisa jangan dia yang menangani karena takut ditanya-tanya pembimbing. Dokter spesialis bedah jarang ada ditempat. Kalo ditempat, ketemu kalo lagi ujian ato pertemuan pagi, itupun kenapa sepertinya para spesialis ini sepakat untuk memasang muka yang seseram mungkin. Marah2 aja kerjanya. kalo ngasi bimbingan paling2 cuma 2 jam seminggu. Itupun kayaknya dia bangga banget kalo pertanyaannya ga bisa dijawab koas sehingga ada kesempatan buat marah2. Kalo lagi visit pasien juga begitu... koas selalu berlomba berdiri paling belakang. Takut ditanyain, kalo ga bisa jawab ya kena marah, yah... emang pada dasarnya ga belajar... ato ga tau apa yang mesti dipelajarin? Jadi yang dia tau cuma jempol kaki pasien aja karena cuma itu yang keliatan ma dia.
Tapi jangan ditanya kalo koas masuk kantin... paling ribut... gayanya sok banget pake stetoskop dileher... perasaan dah yang paling pinter dibanding orang laen yang duduk disitu. Apalagi kalo dah ketemu cewek cantik ato pujaannya.... welehh... berasa pasien tu ga penting deh.. Kalo dapet tugas koas kalo bisa yang paling mudah ato dia berusaha cari tugas koas laen yang kebetulan sama. Soal tugas jaga malem? Bagi koas jaga malem itu cuma pindah tidur doang....
Koas bedah itu paling suka ama pasien kecelakaan ringan yang ada luka robeknya. Kenapa? Itu koas pada berebutan menjahit luka pasien... Udah bangga banget kalo dah menjahit luka... Rasanya koas bedah dah tamat bagian bedah kalo dah menjahit luka.... Sableng..... Pasien laen? Kagak ngarti-ngarti banget deh.... dijamin 100%....
Nah... sekarang dia menyesal kepada masa lalunya... sekarang apa yang terjadi pada pasiennya akibat dari perbuatannya di masa lalu? Selama ini dia udah jaga IGD dimana-mana... Apa yang dia dapat? Rupanya dia jaga hanya semata-mata mencari segepok uang.....
Kalo dibilang dokter ini gak berguna yaaaa.... tidak benar juga... Dalam mengobati pasien ada juga yang berhasil ditangani dengan baik.. Tetapi percayalah... kebanyakan dokter sekarang bisa mengobati pasiennya karena pernah mengintip terapi dokter spesialis yang kebetulan penyakit pasiennya sama... ato dia pernah melakukan try n error... ato pernah bertanya pada yang lebih berpengalaman.... ato buka buku dulu sebelum ngasi obat....
Begitulah.... Ini kenyataan kita.... dokter seperti ini lebih banyak.... Berapa persen yang bener2 pinter...
Suatu saat dia berpikir untuk meneruskan pendidikan dokter spesialis. tapi dia urungkan dulu karena masalah uang. Dia menganggap dokter spesialis lebih kompeten, lebih unggul dalam mengobati pasien, lebih jago. Tapi banyak dokter yang belum punya uang buat sekolah lagi... Dia iri dengan temen2nya yang begitu tamat dokter langsung sekolah lagi karena bapaknya emang dokter ato pengusaha kaya. Enak banget jalan hidupnya... Tinggal bilang ama bapaknya kalo dia mau sekolah... tinggal menengadahkan tangannya minta uang buat sekolah lagi.. ga perlu capek2 cari uang dulu... Karena buat sekolah spesialis besar banget biayanya, bisa tergadai 2 mobil mewah.... Anak-anak orang kaya ini menjadi dokter spesialis tanpa ada pengalamannya sebagai dokter umum. Dokter-dokter umum ini jaga UGD rumah sakit tanpa ada pengalaman selama pendidikan koasnya. Koas-koas ini sudah mendapat gelar pengakuan dokter setelah dia menyelesaikan masa koasnya. DOKTER YANG MENDAPAT PENGAKUAN TETAPI TANPA PENGALAMAN!!!!

Minggu, 30 November 2008

balada calon dokter 2

pesan cappucino panas di cafemedis.......... hangatnyaaaa......... bikin mata melek terus...
Temen-temen tau gimana proses perkuliahan kebanyakan calon dokter kita? Mahasiswa kedokteran kuliah sebanyak 8 semester atau 4 tahun... koas 4 semester atau 2 tahun itupun ga penuh....
selama jam belajar, pak dosen mengajar mahasiswa sebanyak rata2 kita katakan 100 mahasiswa. Bayangkan coba betapa gak efektifnya kuliah kayak begitu..... banyak yang tidur, ngantuk, ngerumpi, ketawa, kalaupun ada yang duduk di depan merhatiin dosen ga da jaminan dia ngerti.... selesai kuliah dosen selalu bertanya : "ada pertanyaan?" Dah dapat ditebak pasti mahasiswanya pada diem karena bukan karena dah tau semua isi kuliah tapi emang ga tau apa yang mau ditanya.......
sistem mata kuliah adalah sistem sks. jadi satu mata kuliah belajarnya 1, 2 ato 3 jam seminggu. metode belajar dengan powerpoint. kadang dosen ngasi bahan kuliah dari mulai beliau pertama kali ngajar sampe dah puluhan tahun, bahannya ga pernah diganti. dah usang... diganti kalo bahannya dah hilang ato dah rusak.... ada pengalaman saya ikut kuliah bahannya banyak salah tulis, bukan karena dosennya yang salah tulis tapi lebih karena yang buat bahan bukan si dosen sendiri, mungkin orang lain atau anaknya atau mahasiswanya atau malah tukang kebunnya yang ketik bahan. si dosen ga ngerti komputer, yang ngetik bahan ga bisa baca tulisan dosen ato emang ga ngerti istilah kedokteran yang rada2 sulit....
ujian mid ato semester model soalnya kebanyakan pilihan ganda.... malah seringnya mahasiswa ga belajar.... baca soal ajah karena biasanya soalnya berulang dari tahun ke tahun... ato kalo emang ga tau kan tinggal silang ajah... ato tanya temen sebelah... bisa juga ngintip jawaban temen... hehehe.... tapi ga semua mahasiswa gitu kok ada 1-2 anak yang emang pinter banget. saya ga habis pikir gimana sih tu anak belajarnya?
jam kuliah habis jam 1 siang, mahasiswa bubar... kebanyakan pulang ke rumah ato kos... bobo.... ada yang makan siang dulu sambil ngerumpi.... ada yang aktif di organisasi yang ga da hubungannya dengan kedokteran.... ada yang jalan2 rame2 ke mol... ada yang pacaran... sebagian kecil maen internet (kebanyakan cuma buka imel, friendster). tapi yang pinter2 tadi entah kemana kayaknya semedi (belajar kali ya, hebat).
tamat kuliah mulailah koas. koas cuma 4 semester itupun ga penuh kira2 1 tahun 8 bulan (kalo ga salah). jadi anak koas ketemu pasen ya cuma selama itu. dari 12 semester cuma 4 semester yang aktif di rumah sakit. kalo lagi visite pasen bayangkan ajah misalnya 20 koas mengelilingi 1 pasen yang dah megap2... kebanyakan koas itu malas jadi dia biasanya berdiri paling belakang, alhasil liat pasen cuma jempol kakinya ajah... apa yang dia dapat dari koasnya???
akhirnya tamatlah dia jadi dokter... saya bilang dokter ini adalah dokter yang dapat pengakuan tanpa pengalaman!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Jumat, 28 November 2008

Hati-hati terhadap demam rematik

Siang begini nongkrong di cafemedis sambil nyeruput cappucino dingin enak juga yah. Sembari membahas penyakit demam rematik.
Angka kejadian demam rematik di Indonesia masih belum dapat dipastikan (terakhir kali saya baca -atau ada temen-temen yang lebih tau?) angka tepatnya. Hal ini disebabkan kebanyakan pasien yang ditemukan ketika sudah dalam keadaan yang berat. Yaitu sudah berkomplikasi menjadi penyakit jantung rematik. Penyakit ini banyak dijumpai pada usia muda terutama anak-anak. Kenapa saya bilang kita harus hati-hati?
Demam rematik disebabkan oleh bakteri Streptococcus beta hemoliticus grup A. Kuman ini mulanya menginfeksi saluran nafas bagian atas sehingga gejala awalnya hanya batuk pilek pada anak-anak. Itulah sebabnya saya katakan jangan anggap remeh bila anak-anak sakit batuk pilek ditambah demam yang disertai nyeri sendi-sendi. Hal ini disebabkan kuman ini dapat menyebar ke seluruh tubuh menjadi infeksi sistemik yang dapat menyerang organ dalam dan sendi-sendi.
Memang tidak sembarangan untuk mendiagnosa seseorang menderita demam rematik. Tidak semua demam merupakan demam rematik. Banyak penyebab demam, contoh yang paling populer di negara kita ini salah satunya adalah demam berdarah. Sepanjang tahun selalu saja ada orang yang sakit demam berdarah. Mungkin lain kali kita ngobrol-ngobrol soal demam berdarah ya.
Untuk mendiagnosa demam rematik memerlukan kriteria mayor dan minor. Kriteria mayornya karditis, poliartritis, corea sydenham, nodul subkutan, eritema marginatum. Sedangkan kriteria minornya adalah riwayat demam rematik sebelumnya, artralgia, demam, peningkatan kadar CRP (cek darah dulu sebelumnya), terjadi pemanjangan interval P-R pada pemeriksaan EKG (rekam jantung). Disamping itu diagnosa dapat ditunjang dengan hasil pemeriksaan ASTO (+) atau hasil biakan kuman streptokokus melalui usap tenggorok.
Nah begitulah kriteria untuk mendiagnosa demam rematik. Agak memusingkan.... tetapi yang jelas kita sebagai orang awam yang perlu diingat adalah waspadai demam yang disertai peradangan sendi-sendi besar apalagi bila ada keluhan di jantung. Mungkin saja itu merupakan gejala demam rematik.
Yang susahnya bila pengobatan tidak tepat dapat terjadi komplikasi terhadap jantung. Paling sering terjadi kerusakan katup jantung sehingga akhirnya terjadi kegagalan jantung. kegagalan jantung ini dapat diderita pada anak usia belasan tahun. Begitulah... masih muda sudah sakit jantung. Itulah bahayanya penyakit demam rematik ini.
Pengobatan penyakit ini yaitu dengan antibiotik golongan penisilin (Benzatin penisilin) dengan dosis 1,2 juta unit bila berat badan >30 kg. Pada anak <30 kg dapat diberikan dosis setengahnya. cuma hati-hati pada individu yang alergi terhadap obat ini (dapat diganti dengan eritromisin 50 mg/kg/hr dibagi dalam 4 dosis). Pengobatan dilakukan selama 10 hari. Disamping itu diberi obat anti radang untuk peradangan sendi dapat berupa obat golongan salisilat, aspirin atau kortikosteroid. Pemberian obat ini harus di-tappering off untuk menghindari gejala rebound phenomen.
Pencegahan sekunder juga harus dilakukan untuk mencegah infeksi kuman yang berulang yaitu dengan pemberian/meneruskan pengobatan diatas selama beberapa minggu pengobatan. Prognosa penyakit ini menjadi jelek bila sudah terjadi kegagalan jantung.
Nah temen-temen nongkrong... cappucino dah habis... kita bubar dulu.

balada calon dokter

Duduk-duduk di cafemedis di cuaca yang hujan deras begini enaknya minum cappuccino hangat ya. Sambil ngobrolin soal perkembangan medis di negara kita ini.
Tiba-tiba datang tiga cewek berjas putih sambil ketawa cekikikan. Matanya liar mencari tempat duduk kosong untuk ditempati bertiga. Tampak stetoskop menggantung di leher ketiga gadis belia tersebut. Ketiganya berisik sekali sampe-sampe mengundang perhatian pengunjung yang lainnya.
Aku memperhatikan mereka dengan pandangan sinis. Lalu aku bilang pada teman ngobrolku, "Lihat tuh, kalian bayangin lima tahun ke depan.... Mereka-mereka itulah yang akan mengobati anak-anakmu, keponakanmu, sepupumu, ayahmu, ibumu, kakek-nenekmu kalo masih hidup dan keluargamu yang lainnya...." Temanku hanya tersenyum kecut saja.
Emangnya ada apa dengan ketiga gadis tersebut? Bukankah mereka adalah calon dokter yang terhormat kelak? Apa yang salah dengan ketiga calon dokter kita itu?
Itulah gambaran pendidikan dokter kita. Lihat gaya ketiga gadis itu.... tertawa lebar begitu senangnya seakan-akan jalan hidup mereka kelak tidak ada kesusahan. Seolah-olah mereka sudah sepintar profesor dalam mengobati orang.
Tidak sepantasnya mereka bertingkah seperti itu. Seharusnya mereka tertunduk lesu, berwajah serius, muram, lelah, kadang muntah karena belajar tentang bagaimana menyelamatkan nyawa manusia. Tidak ada waktu buat main-main.
Tapi kenyataannya lihat gimana sistem pendidikan dokter kita sekarang. Pertama, sistem perekrutan yang aneh. Sebuah fakultas kedokteran merekrut mahasiswa calon dokter sebanyak rata-rata 200 orang pertahun (salah satu FK di Sumut). Dalam setiap jam kuliah mereka berkumpul sekitar 100-an mahasiswa menghadapi 1 dosen. bayangkan bagaimana suasana belajar kelas itu? Pasti banyakan yang ga ngertinya daripada yang paham apa yang dikatakan dosen. Dengan segitu banyaknya mahasiswa mengakibatkan sistem ujian yang jauh dari objektif. Lebih terbuka kesempatan untuk mencontek waktu ujian. Mahasiswa cenderung malas. Jam kuliah hanya dari pagi sampai siang saja sehingga mahasiswa kedokteran lebih banyak waktu untuk ekstrakurikuler yang biasanya tidak pernah berhubungan dengan dunia kedokteran. Fakultas menjadi tempat berkumpul mahasiswa yang mencari jodoh. Apa ini calon dokter yang akan mengobati anak cucu kita???? bersambung......